Laman

Sabtu, 15 November 2014

Analisis Kesalahan Berbahasa Tataran Fonologi (Bungkus Makanan)

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA TATARAN FONOLOGI
PADA BUNGKUS MAKANAN

Kesalahan berbahasa Indonesia dalam tataran fonologi dapat terjadi baik penggunaan bahasa secara lisan maupun tertulis. Sebagian besar kesalahan berbahasa Indonesia dalam tataran fonologi berkaitan dengan pelafalan. Bila kesalahan pelafalan tersebut dituliskan, maka terjadilah kesalahan berbahasa dalam ragam tulis. Berikut ini beberapa kesalahan pelafalan yang sering terjadi yaitu perubahan fonem, penambahan fonem dan penghilangan fonem baik vokal maupun konsonan.

A.           PERUBAHAN FONEM


Pada kata “kwaci” terjadi kesalahan yaitu perubahan fonem /u/ menjadi /w/. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, penulisan yang betul adalah “kuaci”, bukan “kwaci”.
Lafal baku = Kuaci
Lafal tidak baku = Kwaci
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 744) kata kuaci berarti biji semangka yang dikeringkan dan diasinkan (untuk dimakan). Sedangkan kwaci tidak ada dalam KBBI.
Menurut saya, kesalahan ini dideskripkan sebagai “penyimpangan” karena pihak produksi tidak mau atau enggan mengikuti norma atau kaidah bahasa yang baik. Meskipun sebenarnya pihak produksi mengetahui norma atau kaidah yang baik, tetapi mereka memakai norma lain yang dianggap lebih sesuai dengan konsep mereka. Di sini mereka mengedepankan penulisan sesuai dengan pelafalan.






Pada kata “rame-rame” merupakan kesalahan dalam berbahasa, karena “rame-rame” adalah kata tidak baku dari kata “ramai-ramai”. Pada kata tersebut fonem /ai/ diubah menjadi /e/.
Lafal baku = Ramai-ramai
Lafal tidak baku = Rame-rame
Kata ramai-ramai dalam KBBI (2008: 1136) memiliki arti: 1 riuh rendah (tt suara, bunyi): -- benar suara tembakan itu; 2 riang gembira; meriah: perjamuan itu -- sekali; 3 serba giat; sibuk (tt pasar, perdagangan): belakangan ini pasar itu -- kembali; 4 banyak (penduduk, orang): kampung itu agak --; 5 banyak kendaraan berlalu-lalang: lalu lintas mulai -- menjelang lebaran;
Kesalahan ini termasuk penyimpangan karena pihak produksi sebenarnya tahu kalau kata yang mereka pakai tidak sesuai dengan kaidah yang berlaku. Tetapi, mereka menggunakan kata yang hanya sesuai dengan konsep mereka yang menggunakan bahasa gaul.



 
Kata “Koffie” tersebut salah dalam penulisannya. Seharusnya ditulis “Coffe” yang dalam bahasa Indonesia berarti Kopi.
Koffie dalam kamus bahasa Inggris tidak ada artinya, sedangkan coffe berarti ------------. Dalam bahasa Indonesia kopi berarti 1 Pohon yang banyak ditanam di Asia, Amerika Latin, dan Afrika, buahnya disangrai dan ditumbuk halus untuk dijadikan campuran minuman; Coffea; 2 buah (biji) kopi; 3 serbuk kopi; 4 minuman yg bahannya serbuk kopi;
Menurut saya itu merupakan kesalahan karena menggunakan bahasa asing dengan tidak tepat. Disini terjadi perubahan fonem yaitu fonem /c/ menjadi /k/ dan fonem /e/ menjadi /i/. Sebaiknya ditulis sesuai dengan bahasa asing itu sendiri yaitu “white coffe” atau langsung menggunakan bahasa Indonesia yaitu: “Kopi Putih”.



Kata Qtela pada gambar di atas terdapat kesalahan yaitu perubahan fonem /k/ dan /e/ yang digantikan oleh fonem /q/. Seharusnya penulisan yang sesuai kaidah adalah Ketela. Dalam KBBI kata Qtela tidak memiliki makna, sedangkan Ketela dalam KBBI (2008: 689) memiliki makna 1 tumbuhan berumbi, daunnya untuk sayur, umbinya biasanya bisa dimakan; 2 ubi jalar.
Penulisan Qtela ini termasuk penyimpangan karena merubah penggunaan kaiidah bahasa yang benar dan menulis mengikuti pelafalan.


B.            PENAMBAHAN FONEM

Pada kata “saluut” yang dilingkari tersebut terdapat kesalahan, yaitu penambahan fonem /u/. Sehingga fonem /u/ menjadi dua.
Seharusnya kata “saluut” tersebut cukup ditulis dengan fonem /u/ hanya satu saja, menjadi “salut”.
Kata Salut dalam KBBI (2008: ) memiliki makna ampul; sarung; pembungkus; selongsong: -- giginya dr emas.
Kalau diperhatikan kata Salut tidak ada sangkut paut dengan makanan. Tapi menurut analisis saya kata saluut diartikan coklat yang membungkus wafer dengan coklat yang banyak. Di sini pihak produksi telah melakukan penyimpangan penulisan yang tidak sesuai dengan kaidah yang berlaku. Kata “saluut” di sini oleh pihak produksi adalah ungkapan paling.


Pada kata “sedaap” yang dilingkari tersebut terdapat kesalahan, yaitu penambahan fonem /a/. Sehingga fonem /a/ menjadi dua. Seharusnya kata “sedaap” tersebut cukup ditulis dengan fonem /a/ hanya satu saja, menjadi “sedaap”.
Sedaap dalam KBBI tidak memiliki makna, sedangkan sedap dalam KBBI (2008: 1237)memiliki makna:
sedap 1 enak (nyaman, senang) tt perasaan pd umumnya: bersih,rapi, dan -- dipandang mata; lagunya tidak -- didengar; tidak -- hatinya; 2 harum: -- baunya; 3 lezat: masakan yg dihidangkan -- sekali;-- dahulu pahit kemudian, pb bersenang-senang dahulu, akhirnya mendapat kesusahan.
Di sini pihak produksi telah melakukan penyimpangan penulisan yang tidak sesuai dengan kaidah yang berlaku. Kata “sedaap” di sini oleh pihak produksi adalah ungkapan paling atau ter-.


 
Pada kata “enaak” yang dilingkari tersebut terdapat kesalahan, yaitu penambahan fonem /a/. Sehingga fonem /a/ menjadi dua. Seharusnya kata “enaak” tersebut cukup ditulis dengan fonem /a/ hanya satu saja, menjadi “enak”.
Kata enaak tidak memiliki makna dan tidak sesuai dengan kaidah bahasa. Dalam KBBI (2008: 371) kata enak berarti:
1 sedap, lezat (tt rasa): kue ini -- rasanya; 2 sehat atau segar (tt kondisi badan): pd hari ini kondisi badan saya kurang --; 3 nikmat atau menyenangkan (tt perasaan, suasana, dsb); nyaman: setelah mandi dng air hangat, badan terasa --; 4 cak pulas; lelap (tt tidur): pd malam itu, tidurnya -- sekali;
Di sini pihak produksi telah melakukan penyimpangan penulisan yang tidak sesuai dengan kaidah yang berlaku. Kata “enaak” di sini oleh pihak produksi adalah ungkapan paling.


Pada gambar di atas terdapat tiga kesalahan penulisan, yaitu adanya penambahan fonem pada setiap kata.
Kata Keuripik, Ubie tidak memiliki makna dan tidak sesuai dengan kaidah penulisan kata baku yang terdapat dalam KBBI.
Kata Keuripik seharusnya ditulis Keripik tanpa adanya penambahan fonem /u/ setelah fonem /e/. Keripik dalam KBBI (2008: 680) berarti: keripik n penganan goreng yang dibuat dari kentang, ubi kayu, dan sebagainya yang diiris tipis-tipis lalu digoreng.
Kata Ubie seharusnya ditulis Ubi yang dalam KBBI (2008: 1515) berarti: ubi n umbi atau akar dari berbagai macam tumbuhan yang biasanya dapat dimakan, seperti – jalar, -- garut, -- kayu.


C.           PENGHILANGAN FONEM

Pada gambar tersebut, ada kata yang mengalami penghilangan fonem, yaitu kata Krupuk yang mengalami penghilangan fonem /e/ yang seharusnya ditulis setelah fonem /k/. Kata Krupuk yang dimaksud adalah kata Kerupuk. Kata Krupuk tidak memiliki makana dan penulisannya tidak sesuai dengan kaidah yang telah ditentukan.
Kata Krupuk seharusnya ditulis Kerupuk yang dalam KBBI (2008: 686) berarti: kerupuk n makanan yang dibuat dari adonan tepung dicampur lumatan udang atau ikan, setelah dikukus disayat-sayat tipis atau dibentuk dengan alat cetak, dijemur agar mudah digoreng.



Pada gambar tersebut terdapat kesalahan yaitu penghilangan fonem /e/ yang seharusnya ditulis setelah fonem /k/ dan sebelum fonem /r/. Di sini penulisan salah kerena mengikuti pelafalan yang sering diucapkan oleh masyarakat banyak. Padahal kata Kripik tidak ada makna dan tidak sesuai dengan kaidah penulisan yang baik dan benar. Kata Kripik seharusnya ditulis Keripik yang dalam KBBI (2008: 680) berarti: keripik n penganan goreng yang dibuat dari kentang, ubi kayu, dan sebagainya yang diiris tipis-tipis lalu digoreng.



Kata Baso pada gambar di atas terdapat kesalahan yaitu penghilangan fonem /k/ yang seharusnya ditulis setelah fonem /a/ dan sebelum fonem /s/. Jadi kata Baso seharusnya ditulis Bakso yang dalam KBBI (2008: 22) berarti: bakso n makanan terbuat dari daging, udang, ikan yang dicincang dan dilumatkan bersama tepung kanji dan putih telur, biasanya dibentuk bulat-bulat.













DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Setyawati, Nanik. 2010. Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia: Teori dan Praktik. Surakarta: Yuma Pustaka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar