ANALISIS
KESALAHAN BERBAHASA
DALAM BLOG DOSEN (ASNAWI, S.Pd., M.Pd.)
Kesalahan yang terdapat pada kalimat
di atas adalah penghilangan tanda koma di belakang kata atau ungkapan
penghubung antarkalimat yang terdapat di awal kalimat.
Jadi, bentuk baku untuk kalimat
diatas adalah:
Nah, kondisi seperti ini tentunya tidak mengasaskan bahwa perbedaan
pendapat bukanlah dimensi budaya global.
Pada kalimat di atas terdapat
kesalahan, yaitu penghilangan fonem /l/ pada kata menimbukan. Kata menimbukan
seharusnya ditambah fonem /l/ setelah fonem /u/ dan sebelum fonem /k/.
Kata menimbukan
tidak ada dalam KBBI. Sedangkan kata menimbulkan dalam KBBI (2008: )
memiliki makna: me·nim·bul·kan v 1 mengeluarkan ke atas (permukaan air,
tanah, dsb): letusan
gunung itu ~ beberapa bukit kecil; 2 membangkit kembali
(perkara yg telah lampau); membangunkan (perasaan, kecurigaan, kecemburuan,
dsb); menerbitkan (kebakaran, perang, dsb); 3 mengakibatkan atau
mendatangkan (bencana, kerugian, kerusakan, penyakit, dsb); 4 menjadikan
atau mendatangkan (kegembiraan, kemarahan, pertikaian, percederaan, dsb): ~ perkara lama; ~ kebencian di
antara kita; perselisihan kecil ~ akibat besar; suhu badan yg terlalu tinggi pd
anak dapat ~ kejang-kejang; hadiah itu ~ kegembiraan pd kedua anaknya; makanan
yg terlalu pedas dapat ~ sakit perut
Kata menimbulkan
berasal dari kata dasar timbul yang dalam KBBI (2008: 1465) berarti: tim·bul
[1] v 1 naik dan keluar ke atas (dr
dl air, tanah, dsb): setelah lama menyelam lalu -- lagi; 2
menyembul sedikit dr permukaan yg rata: ia memesan kartu undangan dng huruf
--; 3 a terbit (bulan, matahari, dsb): sebelum
matahari --; ia sudah berangkat ke tempat pekerjaannya; bulan --;
Jadi, bentuk
baku dari kalimat di atas adalah:
Memang banyak
kenyataan sampai saat ini dengan adanya perbedaan pendapat dapat menimbulkan
pembunuhan, pertikaian, dan perkelahian.
Pada kata “memarjinalkan”
terjadi kesalahan yaitu perubahan fonem /g/ menjadi /j/. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, penulisan yang betul adalah “memarginalkan”, bukan “memarjinalkan”.
Lafal baku = memarginalkan
Lafal tidak baku = memarjinalkan
Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (2008: 879) kata memarginalkan berarti
me·mar·gi·nal·kan v meminggirkan, memojokkan: sistem pembangunan
ekonomi yg semata-mata mengacu pd pertumbuhan akan semakin - masyarakat miskin.
Kata dasarnya adalah marginal yang dalam KBBI (2008: 879) berarti: mar·gi·nal
a 1 berhubungan dng batas (tepi); tidak terlalu menguntungkan: mereka
sama-sama melakukan ekonomi --; 2 berada di pinggir: kalau dahulu
kelompok itu dipandang -- , tetapi sejak pemerintah baru sudah amat menentukan;
sedangkan memarjinalkan tidak ada dalam KBBI.
Jadi, bentuk baku kalimat di atas
adalah:
Seseorang dapat memarginalkan
pendapat orang lain namun dengan cara yang tidak diketahui oleh pengemuka
pendapat.
Kesalahan yang terdapat pada kalimat
di atas adalah penghilangan preposisi dan konjungsi. Seharusnya setelah kata muncul
ditambah preposisi dari, dan sebelum tingkat kesopanan tinggi
ditambah dengan konjungsi dan.
Jadi, penulisan bentuk bakunya
adalah:
Budaya-budaya yang akan muncul dari
hasil harmonisasi perbedaan pendapat tersebut misalnya, masyarakat lebih
menghargai orang lain, kewaspadaan terhadap orang lain tinggi, tingkat kemandirian
membaik, dan tingkat kesopana tinggi.
Huruf besar atau huruf kapital seharusnya dipakai sebagai huruf
pertama kata pada awal kalimat. Kalimat di atas tidak mengikuti kaidah bahasa
yang benar, karena tidak menggunakan huruf besar atau kapital pada awal
kalimat.
Seharusnya kata semakin menggunakan huruf besar atau kapital
pada fonem /s/, kerena kata semakin berada pada awal kalimat.
Jadi kalimat bakunya adalah sebagai berikut:
Semakin terampil seseorang berpikir dan bernalar maka semakin tinggi pula
tingkat kesopan terhadap tuturan yang ia sampaikan.
Kesalahan yang
terdapat dalam kalimat di atas adalah kesalahan karena tidak tepat dalam
penggunaan konjungsi. Kata akan sebaiknya diganti dengan konjungsi dengan.
Dengan dalam KBBI (2008: 312) memiliki makna: de·ngan [1] p 1 beserta; bersama-sama: ia
pergi -- anak istrinya; 2 dan: Saman -- Simin tinggal sekampung;
3 memakai (menggunakan) suatu alat: melempar -- batu; menusuk --
belati; melukis -- cat; 4 kata penghubung menyatakan hubungan kata
kerja dng pelengkap atau keterangannya: bermain -- temannya; 5
kata penghubung untuk menerangkan cara (bagaimana terjadinya atau berlakunya);
sambil; seraya: ia menjawab -- tersenyum; harus datang sendiri -- membawa
ijazah; 6 kata penghubung menerangkan (sifat): diperhatikan --
sungguh-sungguh; gawangnya dijaga -- ketat; menyerang -- gagah berani; 7
oleh; karena: lemarinya penuh -- buku; 8 atas: -- kemauan
sendiri; 9 penghubung untuk menyatakan keselarasan (kesamaan,
kesesuaian): menyesuaikan -- keadaan lingkungan; mukanya mirip -- ibunya;
Peryataan di atas terdapat
kesalahan, yaitu salah dalam penggunaan tanda baca. Seharusnya tanda baca yang
dipakai adalah tanda tanya (?). Pernyataan di atas menggunakan kata tanya
mengapa. Oleh karena itu, tanda baca yang tepat untuk digunakan adalah tanda
tanya (?), bukan tanda titik(.).
Pada kalimat di
atas terdapat kesalahan, yaitu penambahan fonem pada kata gelobal. Penambahan
fonem tersebut seharusnya tidak terjadi. Jika kita mengikuti kaidah bahasa yang
baik dan benar, maka kata gelobal seharusnya diganti dengan kata global. Fonem
/e/ seharusnya dihilangkan, karena kata gelobal tidak ada dalam KBBI. Kata
global dalam KBBI(2008: 455) memiliki makna: glo·bal a 1
secara umum dan keseluruhan; secara bulat; secara garis besar: memberikan
penjelasan secara -- saja; 2 bersangkut paut, mengenai, meliputi
seluruh dunia;
DAFTAR PUSTAKA
Cisca. 2011. Buku
Pintar EYD, Bahasa dan Sastra Indonesia. Yogyakarta: Cabe Rawit.
Departemen
Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Keempat.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Setyawati,
Nanik. 2010. Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia: Teori dan Praktik.
Surakarta: Yuma Pustaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar