BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Manusia ternyata
tidak pernah bisa melepaskan dari kebutuhan mempergunakan kata. Selagi manusia
masih merasakan hidup sebagai makhluk individu dan sekaligus juga sebagai
makhluk sosial manusia tidak bisa tidak harus selalu berhubungan dan
menggunakan kata untuk berkomunikasi dengan orang lain. Jumlah kata yang
diperoleh dan kemudian disimpan dalam benak manusia, jelas sudah tak terhitung
lagi. Sebelum digunakan, kata-kata tersebut diseleksi, dipilih, kemudian baru dipergunakan
sesuai dengan maksud dan keinginan yang ingin diutarakan. Penggunaan kata
ternyata harus disesuaikan dengan hal-hal yang akan diutarakan, situasi dan
kondisi, ketika kata tersebut digunakan, dan selera orang yang menggunakan.
Menulis puisi adalah merekontruksi
citra tersebut ke dalam bentuk rangkaian kata. Pembaca yang terinveksi, diharapkan
mengalami pencitraan yang dialami penyair, agar membayangkan hal yang sama,
merasakan hal yang sama, bahkan tidak menutup kemungkinan, pembaca mengalami
pengalaman yang jauh berbeda. Lebih seru dan haru. Lebih manis dan dramatis.
Psikolog mengidentifikasikan ada tujuh citra, yaitu mental pemandangan, suara, rasa, bau, sentuhan,
kesadaran tubuh dan ketegangan otot. Semua dapat dieksplorasi penyair untuk
memperkuat makna dan keyakinan akan kebenaran yang diungkapkan penyairnya.
B.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimanakah
pilihan dan makna diksi dalam puisi?
2. Bagaimanakah
pilihan dan makna kosa kata dalam puisi?
3. Bagaimanakah
pilihan dan makna denotasi/konotasi dalam puisi?
4. Apakah
yang dimaksud dengan keindahan kata dalam puisi?
C.
Tujuan
1. Menjelaskan
pilihan dan makna diksi dalam puisi
2. Menjelaskan
pilihan dan makna kosa kata dalam puisi
3. Menjelaskan
pilihan dan makna denotasi/konotasi dalam puisi
4. Menjelaskan
dimaksud dengan keindahan kata dalam puisi
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Diksi
Menurut KBBI
diksi adalah pilihan kata yang tepat dan selaras dalam penggunaannya untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek
tertentu seperti yang diharapkan. Puisi menuntut seorang penyair untuk dapat
mengungkapkan gagasan kreatifnya secara ringkas namun menghasilkan efek
tertentu pada pembaca. Efek yg dimaksud tersebut akan sangat bergantung kepada
daya apresiasi pembaca atas karya puisi. Efek tersebut adalah efek puitik yaitu
efek yang bersifat kasat mata maupun yang tidak kasat mata disisi pembaca
sebagai tanggapan atas pembacaannya pada sebuah karya puisi.
Diksi juga
berarti kemampuan memilih kata dengan cermat sehingga dapat membedakan secara
tepat nuansa-nuansa makna gagasan yang ingin disampaikan, kemampuan untuk
menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa. Puisi dibutuhkan
kemampuan untuk memilih kata-kata yang tepat sehingga dapat mewakili dan
menggambarkan hal-hal yang dikehendakinya. Menyusun kata-kata dengan cara
sedemikian rupa sehingga artinya menimbulkan imajinasi estetik. Diksi merupakan
suatu proses, maka hasil yang diharapkan ialah nilai kepuitisan.
Contoh
puisi karangan Chairil Anwar
Kerikil
Tajam
Cemara menderai
sampai jauh
terasa hari akan
jadi malam
ada beberapa
dahan ditingkap merapuh
dipikul angin
yang terpendam
Aku sekarang
orangnya bisa tahan
sudah berapa
waktu bukan kanak lagi
tapi memang dulu
ada suatu bahan
yang bukan dasar
perhitungan kini
Hidup hanya
menunda kekalahan
tembah terasing dari
cinta sekolah rendah
dan tahu, ada
yang tetap tidak diucapkan
sebelum pada
akhirya kita menyerah
Dalam versi lain
bait terakhir tersebut diubah sebagai berikut,
Hidup hanya
menunda kekalahan
tembah jauh dari
cinta sekolah rendah
dan tahu, ada
yang tetap tidak diucapkan
sebelum pada
akhirya kita menyerah
Menurut analisis
Pradopo (1987:56), kata “terasing” mengandung makna “terpencil”, menunjukkan
rasa keterasingan, sedangkan kata “jauh” menunjukkan jarak atau kesenjangan.
Penyair menggunakan
diksi untuk memperjelas maksud serta menjelmakannya karya puisi tersebut
sehingga lebih menarik, bahkan menyentuh perasaan si pembaca. Diksi atau
pilihan kata menjadi satu hal yang pokok bagi seorang penulis atau sastrawan
dalam membuat karyanya. Dengan pilihan kata yang se-irama dengan nada perasaan
si penulis.
B.
Kosa
Kata
Kata sebagai
alat komunikasi ternyata tidak pernah statis. Tetapi cenderung lebih bersifat
dinamis. Kedinamisan kata ini terlihat jelas ketika kata dirangkaikan dengan
kata lain ternyata menimbulkan kata baru. Di samping itu, kata juga selalu
bertambah jumlahnya sejalan dengan perkembangan situasi dan kondisi zaman dan
budaya manusia.
Kata-kata yang
dipergunakan oleh penyair dalam puisi dilihat dari bentuknya tidak jauh berbeda
dengan kata-kata yang digunakan dalam percakapan sehari-hari. Bahkan
kadang-kadang seorang penyair dapat juga mempergunakan kata-kata kuno yang
sudah mati (tidak pernah digunakan lagi pada masa sekarang) tetapi harus dapat
menghidupkannya kembali. Seorang penyair harus memiliki kosakata
(pembendaharaan kata) yang banyak, bahwa kosakata atau perbendaharaan kata
seorang penyair mutlak diperlukan.
Fungsi kosa kata sangat
besar dan penting sebelum seseorang mampu menjadi penulis yang sukses karena, unsur utama
puisi adalah kata, maka diksi berkaitan dengan bagaimana memilih kata paling
tepat dan paling sesuai, karena itu penguasaan kosa kata dan maknanya sangat
penting dalam menulis puisi, kekayaan akan perbendaharaan kata dan pemahaman
mendalam akan maknanya membantu kita dalam membuat diksi yang unik dan khas.
Menurut Rendra, penyair harus membedah makna kata hingga tulang-tulangnya.
Pisau naluri yang tajam akan menghasilkan kata-kata dan makna yang tajam pula.
Kata-kata baru dibentuk atau diserap ke
dalam bahasa Indonesia dengan cara:
a.
Penggabungan
kata yang sudah lazim dalam bahasa Indonesia.
b.
Kata Indonesia
namun sudah tidak lazim.
c.
Kata dalam
bahasa serumpun.
d.
Kata dalam
bahasa serumpun namun sudah tidak lazim dipakai.
e.
Kata dalam
bahasa Inggris.
f.
Kata dalam
bahasa asing selain bahasa Inggris.
Di samping itu, juga harus
dipertimbangkan hal-hal:
a.
Ketepatan.
b.
Kesingkatan atau
kepadatan.
c.
Tidak
berkonotasi buruk.
d.
Merdu atau enak
didengar.
C.
Denotasi
dan Konotasi
Pertimbangan
yang digunakan untuk memilih atau menyeleksi kata tersebut ialah pemanfaatan
makna yaitu makna yang dapat menimbulkan rasa estetis. Kata memang selalu
mengacu pada makna referensinya, yaitu makna yang ada dalam konsep atau
pemikiran pemakainya, atau makna yang sesuai dengan keterangan yang ada di
dalam kamus.
Kata-kata
dengan makna denotatif, karena sifatnya yang objektif, lugas, atau apa adanya
menjadikan kata tersebut mudah dipahami dan tidak menimbulkan banyak tafsir.
Oleh karena itu, tulisan yang memuat adanya nilai keobjektifan, seperti makalah
jurnal, laporan penelitian, skripsi, thesis, dan disertai, dianjurkan untuk
ditulis dengan menggunakan kata yang memiliki makna denotatif. Demikian juga
karangan yang ingin menggambarkan keadaan secara realistis, karena karangan
demikian sifatnya juga objektif maka kata-kata yang digunakan ialah kata-kata
yang bermakna denotatif.
Kata,
selain memiliki makna denotatif, juga memiliki makna konotatif, yaitu makna
kata tambahan. Menurut Kridalaksana (1983:90) makna konotatif ialah makna yang
didasarkan atas perasaan atau pikiran yang timbul atau ditimbulkan pada
pembicara dan pendengar. Dalam KBBI (1991:456) makna konotatif ialah makna
tautan pikiran yang menimbulkan nilai pada seseorang ketika berhadapan pada
sebuah kata. Jadi, konotatif adalah makna tambahan yang timbul berdasarkan
nilai rasa seseorang.
Kebanyakan
di dalam puisi justru menggunakan kata-kata yang memiliki muatan makna
konotatif, sebab kata-kata seperti itu di samping maknanya menimbulkan banyak
tafsir juga menimbulkan nilai rasa estetis, makna tersebut ditimbulkan oleh
asosiasi-asosiasi yang keluar dari makna denotatifnya.
Perhatikan contoh penggunaan kata
yang terdapat dalam puisi do’a Karya Chairil Anwar:
DOA
Tuhanku
Dalam termanggu
Aku masih menyebut namamu
Biar susah sungguh
Mengingat kau penuh seluruh
Cahayamu panas suci
Tinggal kerdip lilin dikelam sunyi
Tuhanku
Aku hilang bentuk
Remuk
Tuhanku
Aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
Di pintumu aku mengetuk
Aku tidak bisa berpaling
KATA
|
MAKNA DENOTASI
|
MAKNA KONOTASI
|
termangu
|
Terdiam
|
kekosongan
jiwa
|
menyebut
|
Berucap
|
berzikir
|
kerlip
lilin
|
cahaya
lilin
|
kesadaran
yang tinggal sedikit
|
hilang
bentuk
|
musnah,
lenyap
|
hilang
kepercayaan diri, bimbang
|
remuk
|
Hancur
|
frustasi
|
mengetuk
|
memukul
sesuatu dengan buku jari
|
mengharapkan
pertolongan
|
D.
Keindahan
Kata
Sebagai sebuah karya seni, puisi
tentulah sebuah keindahan yang bisa dinikmati. Ia merekam semangat dari subjek
dan membangkitkan emosi. Keindahan yang dapat memukau jiwa pembacanya. Nilai
keindahan bawaan suatu kata bisa terlihat dalam dua hal, yaitu keindahan
bunyinya dan keindahan maknanya. kedua nilai keindahan tersebut melekat erat
pada kata tersebut secara alami. Kata yang memiliki sifat keindahan bawaan
disebut efoni. Kata yang berbunyi indah sebetulnya ditentukan oleh, bentuk
bunyi vokal dan konsonannya, dan susunan bunyi vokal dan konsonannya.
Keindahan
kata memiliki karakter atau sifat bawaan yang berbeda dengan kata yang lain.
Dengan sifat tersebut masing-masing kata
memiliki fungsi dan peran yang khas jika digabungkan atau dirangkai dengan kata
lain. Sifat atau karakter ternyata juga sangat berguna dalam menimbulkan
suasana dan bayangan yang ada dalam puisi. Salah satu karakter kata yang
menonjol ialah keindahan yang melekat dengan sendirinya pada kata tersebut,atau
sifat indah bawaan yang dimiliki kata tersebut.
BAB
III
PENUTUP
A.
Simpulan
1. Diksi
merupakan pilihan kata yang tepat dan selaras dalam penggunaannya untuk
mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu (seperti yang
diharapkan). Diksi juga berarti kemampuan memilih kata dengan cermat sehingga
dapat membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna gagasan yang ingin
disampaikan, kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan
nilai rasa.
2. Kata
sebagai alat komunikasi ternyata tidak pernah statis. Tetapi cenderung lebih
bersifat dinamis. Fungsi kosa kata sangat besar dan penting
sebelum seseorang mampu menjadi penulis yang sukses karena, unsur utama
puisi adalah kata, maka diksi berkaitan dengan bagaimana memilih kata paling
tepat dan paling sesuai, karena itu penguasaan kosa kata dan maknanya sangat
penting dalam menulis puisi, kekayaan akan perbendaharaan kata dan pemahaman
mendalam akan maknanya membantu kita dalam membuat diksi yang unik dan khas.
3. Kata-kata
dengan makna denotatif, karena sifatnya yang objektif, lugas, atau apa adanya
menjadikan kata tersebut mudah dipahami dan tidak menimbulkan banyak tafsir.
Kata, selain memiliki makna denotatif, juga memiliki makna konotatif, yaitu makna
kata tambahan.
4.
Sebagai sebuah karya seni, puisi
tentulah sebuah keindahan yang bisa dinikmati. Ia merekam semangat dari subjek
dan membangkitkan emosi. Keindahan yang dapat memukau jiwa pembacanya.
B.
Saran
Penyusun
menyarankan agar makalah ini bisa dibaca dan dipahami oleh para pembaca
khususnya mahasiswa dalam proses belajar mengajar untuk mata kuliah Puisi yang
membahas tentang Pilihan Kata dan Makna dalam Puisi. Penyusun juga menyarankan
pembaca untuk dapat menyalurkan ilmu tentang Pilihan Kata dan Makna dalam Puisi
dari makalah ini kepada yang lain.
DAFTAR
PUSTAKA
Damayanti.
2013. Buku Pintar Sastra Indonesia Puisi, Sajak, Syair, Pantun dan Majas,
Yogyakarta: Araska.
Prodopo,
Rachmat Djoko. 2010. Pengkajian Puisi, Yogyakarta: Gadjah Mada University
Perss.
Esten, Mursal.
2007. Memahami Puisi, Bandung: Angkasa
http://bahasa.kompasiana.com/2010/10/09/diksi-diksi-dalam-puisi-284254.html.
Diakses: 13 September 2013
http://kibutut.blogspot.com/2013/06/menulis-puisi-diksi-kosakata-konotasi.html.
Diakses: 13 September 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar