Laman

Minggu, 16 November 2014

Analisis Kesalahan Berbicara dalam Pidato Pemimpin

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA
PADA PIDATO PEMIMPIN
(SURYA PALOH-RAKERNAS PARTAI NASDEM)


Kesalahan berbicara yang dilakukan oleh Bapak Surya Paloh (Ketua Umum Partai NasDem) pada Rapat Kerja Nasional Partai NasDem adalah sebagai berikut:

1.    Kesalahan Tataran Fonologi
·      Bentuk Tidak Baku
Sodara-sodara
Kata sodara-sodara terdapat kesalahan yaitu perubahan fonem /au/ yang digantikan oleh fonem /o/. Seharusnya penulisan yang sesuai kaidah yang telah ditetapkan adalah saudara-saudara. Kata saudara-saudara bentuk dasarnya adalah saudara yang dalam KBBI (2008: 1232) memiliki makna: sau·da·ra n 1 orang yg seibu seayah (atau hanya seibu atau seayah saja); adik atau kakak; 2 orang yg bertalian keluarga; sanak: ia mempunyai banyak -- di sini, baik dr ibu maupun dr ayahnya; 3 orang yg segolongan (sepaham, seagama, sederajat, dsb); kawan; teman: dl mengerjakan tugas ini, kita akan dibantu oleh -- kita di kampung ini; 4 sapaan kpd orang yg diajak berbicara (pengganti orang kedua): coba -- pikirkan masak-masak; 5 ki segala sesuatu yg hampir serupa (sejenis dsb): serigala merupakan -- anjing; 6 ki tembuni: -- nya baru keluar, padahal bayinya telah lama lahir;
·      Bentuk Baku
Saudara-saudara

·      Bentuk Tidak Baku
Trus
Kata trus adalah salah yaitu penghilangan fonem /e/ yang seharusnya ditulis setelah fonem /t/ dan sebelum fonem /r/. Di sini penulisan salah kerena mengikuti pelafalan yang sering diucapkan oleh masyarakat banyak. Jadi, jika kita mengikuti kaidah bahasa yang baik dan benar maka kata trus seharusnya diucapkan terus. Terus dalam KBBI (2008: 1455) memiliki makna: te·rus [1] v 1 lurus menuju ...; langsung pd (arah ke); lantas: kami tidak -- ke kota, tetapi singgah dahulu di perkebunan karet; permohonan itu disampaikan -- kpd kepala kantor; 2 tetap berlanjut: pertempuran itu -- menghebat hingga tengah malam; 3 tidak berhenti-henti: ia berjalan -- siang malam; 4 lanjut: bagaimana -- cerita itu; 5 tidak putus-putus; selalu: harga barang -- membubung; sampai pd hari ini, wajah almarhum yg tenang itu kuingat --; 6 tembus; menembus; melantas: peluru itu masuk -- sampai ke tulang belikat; jalan setapak ini -- ke terowongan yg menuju gudang mesiu; 7 langsung ...; lalu ...: sampai di rumah ia -- tidur; sekali tembak gajah itu -- mati;
·      Bentuk Baku
Terus


2.    Kesalahan Tataran Morfologi
·         Bentuk Tidak Baku
Kita mengerti bangsa kita pada saat ini sedang ngalamin proses demokratisasi.
Kata ngalamin harusnya ditulis secala lengkap tanpa adanya penyingkatan morf meng-, dan fonem /n/ seharusnya dihilangkan saja. Jadi, bentuk baku kata ngalamin adalah mengalami. Dalam KBBI (2008: 34) berarti: alam [2], meng·a·lami v merasai (menjalani, menanggung) suatu peristiwa dsb: selama di rantau ia ~ banyak kesulitan;
·         Bentuk Baku
Kita mengerti bangsa kita pada saat ini sedang mengalami proses demokratisasi.

·         Bentuk Tidak Baku
Tapi kita inginkan Jokowi dan Jusuf Kalla sebagai presiden dan wakil presiden yang akan datang.
Kata inginkan mengalami penghilangan morf meng-. Seharusnya kata inginkan tersebut ditambah morf meng- menjadi menginginkan. Kata menginginkan dalam KBBI (2008: 536) memiliki makna sebagai berikut: meng·i·ngin·kan v menghendaki; mengharapkan: setiap orang ~ hidup bahagia; kata dasarnya ingin bermakna: ingin adv hendak; mau; berhasrat: dia -- mencoba apakah telur merpati juga enak dimakan;
·         Bentuk Baku
Tapi kita menginginkan Jokowi dan Jusuf Kalla sebagai presiden dan wakil presiden yang akan datang.

3.             Kesalahan Tataran Sentaksis
·      Bentuk Tidak Baku
Maka pemilu adalah merupakan suatu kesempatan yang diberikan secara konstitusi atau memahami konstitusi yang ada kepada setiap warga negara bangsa ini.
Kata adalah merupakan termasuk kalimat bersinonim. Penggunaan dua kata yang bersinonim sekaligus dalam sebuah kalimat dianggap mubazir karena tidak hemat dalam penggunaan kata. Oleh karena itu, kata yang dipakai adalah salah satu di antara kuduanya, boleh adalah, boleh juga merupakan.
·      Bentuk Baku
Maka pemilu adalah suatu kesempatan yang diberikan secara konstitusi atau memahami konstitusi yang ada kepada setiap warga negara bangsa ini.
Maka pemilu merupakan suatu kesempatan yang diberikan secara konstitusi atau memahami konstitusi yang ada kepada setiap warga negara bangsa ini.

4.             Kesalahan Tataran Semantik
·      Bentuk Tidak Baku
Terima kasih atas kehadiran para pimpinan partai pengusung capres dan cawapres-Bapak Jokowi dan Bapak Jusuf Kalla.
Kata pimpinan di atas seharusnya diganti dengan pemimpin. Kata pemimpin dalam KBBI (2008: 1075) memiliki makna: pe·mim·pin n 1 orang yg memimpin: ia ditunjuk menjadi ~ organisasi itu; 2 petunjuk; buku petunjuk (pedoman): buku ~ montir mobil;~ produksi produser;
Sedangkan kata pimpinan dalam KBBI (2008: 1075) berarti: pim·pin·an n hasil memimpin; bimbingan; tuntunan: berkat ~ nya, perusahaan itu mendapat kemajuan yg sangat pesat;
·      Bentuk Baku
Terima kasih atas kehadiran para pemimpin partai pengusung capres dan cawapres-Bapak Jokowi dan Bapak Jusuf Kalla.

5.             Kesalahan Tataran Wacana
·      Bentuk Tidak Baku
NasDem berjanji, dengan segenap jiwa dan raga yang ada pada diri, seluruh kekuatan yang kita miliki, kita akan berupaya sepenuhnya saudara-saudaraku, kita akan berupaya seyakin-yakinnya saudara-saudaraku, kita akan melakukan apapun yang terbaik saudara-saudaraku, kita akan memperjuangkan itu dengan segenap jiwa dan raga kita. Kita tidak mempersoalkan menang atau kalah, tapi kita menginginkan Jokowi dan Jusuf Kalla sebagai presiden dan wakil presiden yang akan datang.
Kata yang dimiringkan dalam wacana di atas merupakan penggunaan yang kurang efektif. Untuk keefiktivitasan  kalimat, ekonomis dalam penggunaan bahasa, dan mencapai aspek kepaduan wacana, maka kata yang dimiringkan harus dihilangkan.
·      Bentuk Baku
NasDem berjanji, dengan segenap jiwa dan raga yang ada pada diri, seluruh kekuatan yang kita miliki, kita akan berupaya sepenuhnya saudara-saudaraku, seyakin-yakinnya, melakukan apapun yang terbaik, dan memperjuangkan itu dengan segenap jiwa dan raga kita. Kita tidak mempersoalkan menang atau kalah, tapi kita menginginkan Jokowi dan Jusuf Kalla sebagai presiden dan wakil presiden yang akan datang.




DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Setyawati, Nanik. 2010. Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia: Teori dan Praktik. Surakarta: Yuma Pustaka.




Analisis Kesalahan Berbahasa pada Ceramah Agama

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA
PADA CERAMAH AGAMA
(KH. ZAENUDDIN MZ. - ZAKAT, INFAK, SODAQOH)

1.             Tataran fonologi
a.    Perubahan fonem
·      Untuk mencapei tujuan itu, kita harus punya alat.
Kata mencapei adalah bentuk tidak baku dan salah dalam penggunaannya. Kata tersebut mengalami perubahan fonem, yaitu fonem /a/ menjadi fonem /e/. Jika kita mengikuti kaidah bahasa yang benar maka kata mencapei seharusnya diganti dengan mencapai.
Kata mencapei tidak ada dalam KBBI. Sedangkan mencapai dalam KBBI (2008: ) memiliki makna: ca·pai [1] v, men·ca·pai v 1 hendak memegang (dng mengulurkan tangan, belalai, dsb): anak kecil itu mengulurkan tangan hendak ~ stoples di atas meja; ibarat si cebol hendak ~ bulan; 2 sampai (ke): pd keesokan harinya barulah mereka ~ Yogya; beliau hampir ~ usia seratus tahun; 3 menyampaikan (maksud, tujuan, cita-cita, dsb): untuk ~ tujuan itu kita harus bersatu dan berani berkorban; 4 memperoleh (mendapat) sesuatu dng usaha: ia ~ hasil yg memuaskan;
Jadi, bentuk baku kalimat di atas adalah:
Untuk mencapai tujuan itu, kita harus punya alat.

·      Kalo alat dijadikan tujuan, maka kita akan kehilangan tujuan yang sebenarnya.
Kata kalo adalah bentukan tidak baku yang mengalami perubahan fonem. Fonem /au/ tergantikan oleh fonem /o/ sehingga menjadi kalo. Kita sebaiknya mengikuti kaidah tata bahasa yang baik dan benar. Jadi, kata kalo seharusnya berubah menjadi kata kalau.
Kata kalo dalam KBBI (2008: ) berarti: ka·lo [1] Jw n alat untuk menyaring santan yg terbuat dr anyaman bambu yg berbentuk setengah bola; tapisan. Kata tersebut tidak memiliki sangkut paut dalam kalimat di atas.
Kata kalau dalam KBBI (2008: ) berarti: ka·lau p 1 kata penghubung untuk menandai syarat: -- keluar, harus minta izin dulu; 2 seandainya: -- ia tidak mau membayar utangnya, apa yg akan kauperbuat; 3 bagi; adapun: -- saya, perkara itu mudah saja memecahkannya;
 Jadi, bentuk baku untuk kalimat di atas adalah:
Kalau alat dijadikan tujuan, maka kita akan kehilangan tujuan yang sebenarnya.

·      Setelah dapat dia cuma sekedar alat.
Kata sekedar adalah bentukan tidak baku yang mengalami perubahan fonem. Fonem /a/ tergantikan oleh fonem /e/ sehingga menjadi sekedar. Kita sebaiknya mengikuti kaidah tata bahasa yang baik dan benar. Jadi, kata sekedar seharusnya berubah menjadi kata sekadar.
Kata sekedar tidak memiliki makna dalam KBBI, sedangkan kata sekadar memiliki makna: se·ka·dar adv 1 sesuai atau seimbang dng; menurut keadaan (kemungkinan, keperluan, dsb); sepadan (dng): ia berbicara ~ perlu dan pentingnya; 2 hanya untuk: ~ memperoleh ketepatan ejaan; semua itu ~ olok-olok; 3 seperlunya; seadanya: hal itu akan kuceritakan ~ nya
Jadi, bentuk baku kalimat di atas adalah:
Setelah dapat dia Cuma sekadar alat.

·      Kalau itu kita gunakan harom hukumnya.
Kata harom adalah bentuk tidak baku dan salah dalam penggunaannya. Kata tersebut mengalami perubahan fonem, yaitu fonem /a/ menjadi fonem /o/. Jika kita mengikuti kaidah bahasa yang benar maka kata harom seharusnya diganti dengan haram.
Dalam KBBI, kata harom tidak ada. Kata haram dalam KBBI (2008: ) memiliki makna: ha·ram a 1 terlarang (oleh agama Islam); tidak halal: -- hukumnya apabila makan bangkai; 2 suci; terpelihara; terlindung: tanah -- di Mekah itu adalah semulia-mulia tempat di atas bumi; 3 sama sekali tidak; sungguh-sungguh tidak: selangkah -- aku surut; 4 terlarang oleh undang-undang; tidak sah;
Jadi, bentuk bakunya adalah:
Kalau itu kita gunakan, haram hukumnya.

·      Nisob adalah jumlah batas maksimal dari harta yang dikeluarkan zakatnya.
Kata nisob adalah bentuk tidak baku dan salah dalam penggunaannya. Kata tersebut mengalami perubahan fonem, yaitu fonem /a/ menjadi fonem /o/. Jika kita mengikuti kaidah bahasa yang benar maka kata nisob seharusnya diganti dengan nisab.
Kata nisob tidak ada dalam KBBI. Sedangkan nisab memiliki makna: ni·sab n jumlah harta benda minimum yg dikenakan zakat

b.    Pehilangan fonem
·      Mari kita liat apa perlunya zakat dalam hidup ini.
Kata liat adalah bentuk tidak baku dan juga tidak sesuai dengan kaidah tata bahasa yang benar dalam kalimat di atas. Kesalahan yang terdapat pada kalimat di atas adalah penghilangan fonem /h/ pada kata liat. Seharusnya kata liat menggunakan fonem /h/ menjadi lihat. Kata lihat adalah bentuk baku dan sesuai dengan kaidah tata bahasa.
Kata liat dalam KBBI (2008: ) memiliki makna: li·at [1] a 1 lemah (tidak kaku), tetapi tidak mudah patah atau putus; kenyal: daging yg --; 2 pekat; lekat sekali: lempung (tanah) ini sangat --; adonan ini -- sekali; 3 ki tidak mudah kalah; 4 ki sukar atau segan membayar utang
Sedangkan kata lihat dalam KBBI (2008: ) bermakna: li·hat v, me·li·hat v 1 menggunakan mata untuk memandang; (memperhatikan): kepala desa ~ rakyat membersihkan selokan; 2 menonton: nanti malam kami akan ~ pertandingan tinju; 3 mengetahui; membuktikan: saya ingin ~ sampai di mana kemampuannya; 4 menilik: ~ gelagatnya, kedatangan mereka mempunyai maksud yg kurang baik; 5 meramalkan: seorang ahli nujum atau astrolog dapat ~ nasib seseorang; 6 menengok (orang sakit); menjenguk: kami merencanakan untuk ~ kakek di rumah sakit;
Jadi bentuk bakunya adalah:
Mari kita lihat apa perlunya zakat dalam hidup ini.

·      Kita tau, kita mampu, dan kita diam saja.
Kata tau adalah bentuk tidak baku dan juga tidak sesuai dengan kaidah tata bahasa yang benar dalam kalimat di atas. Kesalahan yang terdapat pada kalimat di atas adalah penghilangan fonem /h/. Seharusnya, jika mengikuti kaidah maka fonem /h/ diucapkan dalam kalimat di atas untuk kata tahu.
Kata tau tidak memiliki makna, sedangkan kata tahu dalam KBBI (2008: ) memiliki makna: be·ri ta·hu v, mem·be·ri ta·hu v menjadikan supaya tahu (mengerti): saya akan - orang tuanya di kampung tt keadaan anak itu;
Jadi, bentuk bakunya adalah:
Kita tahu, kita mampu, dan kita diam saja.

·      Oleh karna itu, di dalam islam hak milik pribadi tetap diakui.
Kata karna adalah bentuk tidak baku dan juga tidak sesuai dengan kaidah tata bahasa yang benar dalam kalimat di atas. Kesalahan yang terdapat pada kalimat di atas adalah penghilangan fonem /e/. Seharusnya, jika mengikuti kaidah maka fonem /e/ diucapkan dalam kalimat di atas untuk kata karena.
Karna tidak memiliki makna dalam KBBI, sedangkan kata karena dalam KBBI (2008: ) memiliki makna: ka·re·na p 1 kata penghubung untuk menandai sebab atau alasan: berani -- benar, takut -- salah; 2 disebabkan oleh; lantaran: dia sakit hati -- kamu;
Jadi, bentuk bakunya adalah:
Oleh karena itu, di dalam islam hak milik pribadi tetap diakui.

2.             Tataran morfologi
a.    Penghilangan afiks
·      Masih bicara soal kenapa kita perlu mengeluarkan zakat.
Dalam bahasa Indonesia banyak menghilangkan pemakaian afiks, seharusnya ini tidak perlu terjadi. Kata bicara mengalami penghilangan awalan ber-. Dalam kaidah bahasa Indonesia yang baku, kata tersebut harus dibubuhi prefiks ber-, sehingga menjadi berbicara.
Dalam KBBI (2008: ) ber·bi·ca·ra v 1 berkata; bercakap; berbahasa: siapa yg - dng kamu tadi; ia dapat - dl bahasa Jawa atau dl bahasa Sunda dng lancar; 2 melahirkan pendapat (dng perkataan, tulisan, dsb): menuntut ditiadakan larangan - dan berkumpul; ia - atas nama partainya; 3 berunding; merundingkan: lama juga mereka - tt soal penjualan tanah itu; 4 ki digunakan untuk (membunuh, melukai): awas, senjata api ini bisa - kalau kamu tidak mengaku;
Jadi, bentuk bakunya adalah:
Masih berbicara soal mengapa kita perlu mengeluarkan zakat.

b.    Penyingkatan morf
·      Orang yang hobinya cuma ngumpulin, ngitung.
Kata ngumpilin dan ngitung mengalami penyingkatan morf meng- yang berasal dari kata dasar kumpul dan hitung. Kata ngumpilin dan ngitung bukan kata baku yang sesuai dengan kaidah bahasa yang telah ditetapkan, tapi kata ngumpulin dan ngitung merupakan kata atau bahasa yang biasa digunakan dalam keseharian masyarakat. Dalam analisis ini saya menggolongkan sebagai penyimpangan.
Jika mengikuti kaidah bahasa yang telah ditetapkan maka kata ngumpulin seharusnya adalah mengumpulkan. Kata ngitung seharusnya menghitung.
Kata mengumpulkan dalam KBBI (2008: ) berarti me·ngum·pul·kan v 1 membawa sesuatu dan menyatukan dng yg lain agar berkumpul; 2 mengerahkan (rakyat dsb); menyuruh (membuat dsb) supaya berkumpul: ~ barang-barang antik; ~ orang; 3 menjumlahkan (bilangan dsb): ~ angka kemenangan;
Kata menghitung dalam KBBI (2008: ) berarti meng·hi·tung v 1 mencari jumlahnya (sisanya, pendapatannya) dng menjumlahkan, mengurangi, dsb: pedagang itu sedang ~ keuntungannya; 2 membilang untuk mengetahui berapa jumlahnya (banyaknya): panitia pemilihan umum ~ jumlah suara yg masuk untuk masing-masing kontestan; 3 menentukan atau menetapkan menurut (berdasarkan) sesuatu: ~ kenaikan gaji dr bulan Mei; ~ harga barang dng dolar;
Jadi, bentuk bakunya adalah:
Orang yang hobinya cuma mengumpulkan, menghitung.

·      Biasanya kalau sudah nyangkut finansial, panitianya banyak.
Kata nyangkut mengalami penyingkatan morf meny- yang berasal dari kata dasar simpan. Kata nyimpen bukan kata baku yang sesuai dengan kaidah bahasa yang telah ditetapkan, tapi kata nyangkut merupakan kata atau bahasa yang biasa digunakan dalam keseharian masyarakat. Dalam analisis ini saya menggolongkan sebagai penyimpangan.
Jika mengikuti kaidah bahasa yang telah ditetapkan maka kata nyangkut seharusnya adalah menyangkut. Dalam KBBI kata nyangkut tidak memiliki makna, sedangkan kata menyangkut dalam KBBI (2008: ) berarti: me·nyang·kut v 1 menyangsang (spt layang-layang di atas pohon); 2 berkaitan (bertalian) dng: Pemerintah mengutamakan pembangunan yg - bidang produksi sandang pangan;
Jadi, bentuk bakunya adalah:
Biasanya kalau sudah menyangkut finansial, panitianya banyak

c.    Penggunaan afiks yang tidak tepat
·      Kalau sudah ketemu, utamakan yang paling dekat dengan kita.
Kata ketemu merupakan bentukan kata yang tidak baku dan tidak sesuai dengan kaidah tata bahasa Indonesia yang telah ditetapkan. Kata ketemu tersebut dipengaruhi oleh bahasa daerah (terutama bahasa Jawa dan Sunda). Hal ini terjadi kerena kekurangcermatan dalam memilih prefiks yang tepat.
Kata ketemu seharusnya ditulis atau dilafalkan bertemu. Kata dasarnya adalah temu dan mendapat awalan ber- menjadi bertemu.
Dalam KBBI (2008: ) ber·te·mu v 1 ditemukan; diperoleh; terdapat di; kedapatan di: batu permata seelok ini tidak akan ~ di negara ini; 2 berhadapan muka; bersemuka: ia hendak ~ dng tuan rumah; selamat jalan, sampai ~ lagi; 3 mendapat atau menemukan (barang yg dicari): betapa dicarinya tiada ~ juga; kalau ~ arloji itu, akan kuserahkan kpd polisi; 4 berjumpa; bersua: baru-baru ini saya ~ dengannya di depan kantor pos; 5 menjadi satu (berhubungan, bersinggungan) ujung dng ujung, jalan dng jalan, kali dng kali, dsb: dua sungai itu ~ di dekat laut; tepi langit ~ dng permukaan laut; 6 sesuai atau cocok (perkataan dng perbuatan, teori dng praktik, dsb); janjinya tidak pernah ~; teori yg tidak ~ dl praktik; 7 benar-benar terjadi (tt ramalan, dugaan, dsb); 8 sampai atau tercapai (tt harapan, cita-cita, dsb): apa yg kuimpikan seminggu yg lalu, ~ juga pd hari ini; 9 dapat atau kena (bahaya, bencana, dsb): ~ dng bahaya maut;~ muka dng tedung, pb bertemu (berharap-harap) antara dua orang yg sama-sama kuat (pandai);
Jadi, bentuk bakunya adalah:
Kalau sudah bertemu, utamakan yang paling dekat dengan kita.

·      Kenapa kita perlu mengeluarkan zakat.
Kata kenapa merupakan bentukan kata yang tidak baku dan tidak sesuai dengan kaidah tata bahasa Indonesia yang telah ditetapkan. Kata kenapa tersebut dipengaruhi oleh bahasa daerah (terutama bahasa Jawa dan Sunda). Hal ini terjadi kerena kekurangcermatan dalam memilih prefiks yang tepat.
Kata kenapa seharusnya ditulis atau dilafalkan mengapa. Kata dasarnya adalah apa dan mendapat awalan meng- menjadi mengapa.
Dalam KBBI (2008: ) meng·a·pa pron kata tanya untuk menanyakan sebab, alasan, atau perbuatan: ~ kawanmu tidak datang?; sedang -- adikmu itu?
Jadi, bentuk bakunya adalah:
mengapa kita perlu mengeluarkan zakat.

3.             Tataran semantik
a.    Adanya pengaruh bahasa daerah
·      Kalau ngasih orang perasaannya gede aja
Kata gede pada kalimat di atas merupakan kata yang dipengaruhi oleh bahasa daerah pengguna bahasa. Kata gede dalam KBBI (2008: ) memiliki makna: ge·de /gedé/ a cak besar;
Sebaiknya kata gede diganti dengan kata  besar untuk kalimat di atas.
Jadi bentuk bakunya adalah:
Kalau memberi orang perasaannya besar saja.

·      Tetangga sebelah kelaparan, cicing wae pura-pura tenyahok
Kata gede pada kalimat di atas merupakan kata yang dipengaruhi oleh bahasa daerah pengguna bahasa. Kata cicing wae pura-pura teh nyaho meniliki makna:
Jadi bentuk bakunya adalah:
Tetangga sebelaj kelaparan, hidup pura-pura tak tahu.

b.    Penggunaan unsur yang berlebihan dan mubazir
·      Zakat, infak, sodaqoh kepedulian, memberi makan fakir miskin, tidak kurang sekitar 115 ayat.
Kata-kata yang dimiringkan pada kalimat di atas memiliki makna yang sama. Penggunaannya yang sekaligus dianggap mubazir karena tidak hemat dalam penggunaan kata. Oleh karena itu, yang digunakan cukup salah satunyanya saja. Bisa tidak kurang, atau sekitar.
Jadi bentuk baku kalimat di atas adalah:
Zakat, infak, sodaqoh kepedulian, memberi makan fakir miskin, tidak kurang 115 ayat.
Zakat, infak, sodaqoh kepedulian, memberi makan fakir miskin,  sekitar 115 ayat.

c.    Penggunaan istilah asing
·      Infak tidak terikat oleh waktu, anytime
Kata yang digarisbawahi tersebut belum tentu dapat dipahami oleh orang-orang yang berpendidikan rendah, kerena kalimat tersebut menggunakan istilah asing. Kata tersebut sebaiknya diganti dengan istilah dalam bahasa Indonesia, maka orang yang berpendidikan rendah pun bisa mengerti maksud dari kalimat tersebut.
Jadi kata anytime diganti dengan kata kapan saja.

·      Tujuan produktifnya lebih besar ketimabang tujuan konsumtifnya
Kata yang digarisbawahi tersebut belum tentu dapat dipahami oleh orang-orang yang berpendidikan rendah, kerena kalimat tersebut menggunakan istilah asing. Kata tersebut sebaiknya diganti dengan istilah dalam bahasa Indonesia, maka orang yang berpendidikan rendah pun bisa mengerti maksud dari kalimat tersebut.
Kata produktif sebaiknya diganti dengan yang menghasilkan
Kata konsumtif diganti dengan hanya memakai

·      Soal diterima atau tidak, itu hak prerogatif Allah.
Kata yang digarisbawahi tersebut belum tentu dapat dipahami oleh orang-orang yang berpendidikan rendah, kerena kalimat tersebut menggunakan istilah asing. Kata tersebut sebaiknya diganti dengan istilah dalam bahasa Indonesia, maka orang yang berpendidikan rendah pun bisa mengerti maksud dari kalimat tersebut.

Kata prerogatif sebaiknya diganti dengan khusus atau istimewa





DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Setyawati, Nanik. 2010. Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia: Teori dan Praktik. Surakarta: Yuma Pustaka.