BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Peran dan fungsi guru sangat penting dalam
proses belajar mengajar. Oleh karena itu, situasi yang dihadapi guru dalam
melaksanakan pengajaran mempunyai pengaruh besar terhadap proses belajar
mengajar itu sendiri. Dengan demikian, guru sepatutnya peka terhadap berbagai
situasi yang dihadapi, sehingga dapat menyesuaikan pola tingkah lakunya dalam
mengajarkan dengan situasi yang dihadapi.
Di samping itu guru pun harus memiliki
pengetahuan minimal tentang teori belajar maupun mengajar-sebagai pegangan
dalam praktek, sebab dalam prakteknya pengajaran merupakan suatu proses yang
sangat kompeks. Maka agar pengajaran dapat mencapai hasil sesuai dengan tujuan
yang direncanakan, guru perlu mempertimbangkan strategi belajar mengajar yang
efektif.
Istilah guru pada saat ini mengalami penciutan
makna. Guru adalah orang yang mengajar di sekolah. Orang yang bertindak seperti
guru seandainya di berada di suatu lembaga kursus atau pelatihan tidak disebut
guru, tetapi tutor atau pelatih. Padahal mereka itu tetap saja bertindak
seperti guru. Mengajarkan hal-hal baru pada peserta didik.
Terlepas dari penciutan makna, peran guru dari
dulu sampai sekarang tetap sangat diperlukan. Dialah yang membantu manusia
untuk menemukan siapa dirinya, ke mana manusia akan pergi dan apa yang harus
manusia lakukan di dunia. Manusia adalah makhluk lemah, yang dalam
perkembangannya memerlukan bantuan orang lain, sejak lahir sampai meninggal.
Orang tua mendaftarkan anaknya ke sekolah dengan harapan guru dapat mendidiknya
menjadi manusia yang dapat berkembang optimal.
Minat, bakat, kemampuan, dan potensi-potensi
yang dimiliki peserta didik tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan
guru. Dalam kaitan ini guru perlu memperhatikan peserta didik secara individu,
karena antara satu perserta didik dengan yang lain memiliki perbedaan yang
sangat mendasar. Mungkin kita masih ingat ketika masih duduk di kelas I SD,
gurulah yang pertama kali membantu memegang pensil untuk menulis, ia memegang
satu persatu tangan siswanya dan membantu menulis secara benar. Guru pula yang
memberi dorongan agar peserta didik berani berbuat benar, dan membiasakan
mereka untuk bertanggungjawab terhadap setiap perbuatannya. Guru juga bertindak
bagai pembantu ketika ada peserta didik yang buang air kecil, atau muntah di
kelas, bahkan ketika ada yang buang air besar di celana. Guru-lah yang
menggendong peserta didik ketika jatuh atau berkelahi dengan temannya, menjadi
perawat, dan lain-lain yang sangat menuntut kesabaran, kreatifitas dan profesionalisme.
2.
Rumusan Masalah
Apa sajakah peran guru dalam pembelajaran?
3.
Tujuan
Menjelaskan peran guru dalam pembelajaran.
BAB
II
PEMBAHASAN
Peran Guru Dalam Pembelajaran
Dari zaman ke zaman peran guru dalam proses pembelajaran sangat
penting. Begitu pula dalam Era Globalisasi, dimana teknologi komputer yang
berkembang dengan pesat menggantikan sebagian pekerjaan manusia. Namun
kedudukan guru tidak dapat digantikan dengan media lain. Hal ini menunjukkan
bahwa peran guru tetap diperlukan dalam keadaan apapun.
Proses pembelajaran akan terjadi manakala terdapat interaksi atau hubungan timbal
balik antara siswa dengan lingkungannya dalam situasi edukatif untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Hubungan timbal balik ini merupakan syarat
terjadinya proses pembelajaran yang di dalamnya tidak hanya menitikberatkan
pada transfer of knowledge, akan juga transfer of value. Transfer of knowledge
dapat diperoleh siswa dari media-media belajar, seperti buku, majalah, museum,
internet, guru, dan sumber-sumber lain yang dapat menambah pengetahuan siswa.
Akan tetapi Ttransfer of value hanya akan diperoleh siswa melalui guru yang
menanamkan sikap dan nilai suatu materi dengan melibatkan segi-segi psikologis
dari guru dan siswa. Penanaman sikap dan nilai yang melibatkan aspek-aspek
psikologis inilah yang tidak dapat digantikan oleh media manapun. Dengan
demikian guru adalah media yang mutlak adanya dalam proses pembelajaran siswa.
Guru adalah faktor penentu keberhasilan proses pembelajaran yang
berkualitas. Sehingga berhasil tidaknya pendidikan mencapai tujuan selalu
dihubungkan dengan kiprah para guru. Oleh karena itu, usaha-usaha yang
dilakukan dalam meningkatkan mutu pendidikan hendaknya dimulai dari peningkatan
kualitas guru. Guru yang berkualitas diantaranya adalah mengetahui dan mengerti
peran dan fungsinya dalam proses pembelajaran.
Para pakar pendidikan di Barat telah
melakukan penelitian tentang peran guru yang harus dilakoni.
1.
Guru Sebagai Pendidik
Guru adalah pendidik, yang menjadi
tokoh, panutan dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya.
Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas tertentu, yang mencakup
tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin.
2.
Guru Sebagai Pengajar
Kegiatan belajar peserta didik
dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti motivasi, kematangan, hubungan
peserta didik dengan guru, kemampuan verbal, tingkat kebebasan, rasa aman dan
keterampilan guru dalam berkomunikasi. Jika faktor-faktor di atas dipenuhi,
maka melalui pembelajaran peserta didik dapat belajar dengan baik. Guru harus
berusaha membuat sesuatu menjadi jelas bagi peserta didik dan terampil dalam
memecahkan masalah. Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh seorang guru
dalam pembelajaran, yaitu: Membuat ilustrasi, Mendefinisikan, Menganalisis,
Mensintesis, Bertanya, Merespon, Mendengarkan, Menciptakan kepercayaan,
Memberikan pandangan yang bervariasi, Menyediakan media untuk mengkaji materi
standar, Menyesuaikan metode pembelajaran, Memberikan nada perasaan. Agar
pembelajaran memiliki kekuatan yang maksimal, guru-guru harus senantiasa
berusaha untuk mempertahankan dan meningkatkan semangat yang telah dimilikinya
ketika mempelajari materi standar.
3.
Guru Sebagai Pembimbing
Guru dapat diibaratkan sebagai
pembimbing perjalanan, yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya
bertanggungjawab atas kelancaran perjalanan itu. Dalam hal ini, istilah
perjalanan tidak hanya menyangkut fisik tetapi juga perjalanan mental,
emosional, kreatifitas, moral dan spiritual yang lebih dalam dan kompleks. Sebagai
pembimbing perjalanan, guru memerlukan kompetensi yang tinggi untuk melaksanakan
empat hal berikut:
·
Pertama, guru harus merencanakan tujuan dan mengidentifikasi
kompetensi yang hendak dicapai.
·
Kedua, guru harus melihat keterlibatan peserta didik dalam
pembelajaran, dan yang paling penting bahwa peserta didik melaksanakan kegiatan
belajar itu tidak hanya secara jasmaniah, tetapi mereka harus terlibat secara
psikologis.
·
Ketiga, guru harus memaknai kegiatan belajar.
·
Keempat, guru harus melaksanakan penilaian.
4.
Guru Sebagai Pelatih
Proses pendidikan dan pembelajaran
memerlukan latihan keterampilan, baik intelektual maupun motorik, sehingga
menuntut guru untuk bertindak sebagai pelatih. Hal ini lebih ditekankan lagi
dalam kurikulum 2004 yang berbasis kompetensi, karena tanpa latihan tidak akan
mampu menunjukkan penguasaan kompetensi dasar dan tidak akan mahir dalam
berbagai keterampilan yang dikembangkan sesuai dengan materi standar.
5.
Guru Sebagai Penasehat
Guru adalah seorang penasehat bagi
peserta didik juga bagi orang tua, meskipun mereka tidak memiliki latihan
khusus sebagai penasehat dan dalam beberapa hal tidak dapat berharap untuk
menasehati orang. Peserta didik senantiasa berhadapan dengan kebutuhan untuk
membuat keputusan dan dalam prosesnya akan lari kepada gurunya. Agar guru dapat
menyadari perannya sebagai orang kepercayaan dan penasihat secara lebih
mendalam, ia harus memahami psikologi kepribadian dan ilmu kesehatan mental.
6.
Guru Sebagai Pembaharu (Inovator)
Guru menerjemahkan pengalaman yang
telah lalu ke dalam kehidupan yang bermakna bagi peserta didik. Dalam hal ini,
terdapat jurang yang dalam dan luas antara generasi yang satu dengan yang lain,
demikian halnya pengalaman orang tua memiliki arti lebih banyak daripada nenek
kita. Seorang peserta didik yang belajar sekarang, secara psikologis berada
jauh dari pengalaman manusia yang harus dipahami, dicerna dan diwujudkan dalam
pendidikan. Tugas guru adalah menerjemahkan kebijakan dan pengalaman yang
berharga ini kedalam istilah atau bahasa moderen yang akan diterima oleh
peserta didik. Sebagai jembatan antara generasi tua dan genearasi muda, yang
juga penerjemah pengalaman, guru harus menjadi pribadi yang terdidik.
7.
Guru Sebagai Model dan Teladan
Guru merupakan model atau teladan
bagi para peserta didik dan semua orang yang menganggap dia sebagai guru.
Terdapat kecenderungan yang besar untuk menganggap bahwa peran ini tidak mudah
untuk ditentang, apalagi ditolak. Sebagai teladan, tentu saja pribadi dan apa
yang dilakukan guru akan mendapat sorotan peserta didik serta orang di sekitar
lingkungannya yang menganggap atau mengakuinya sebagai guru. Ada beberapa hal
yang harus diperhatikan oleh guru: Sikap dasar, Bicara dan gaya bicara,
Kebiasaan bekerja, Sikap melalui pengalaman dan kesalahan, Pakaian, Hubungan
kemanusiaan, Proses berfikir, Perilaku neurotis, Selera, Keputusan, Kesehatan,
Gaya hidup secara umum perilaku guru sangat mempengaruhi peserta didik, tetapi
peserta didik harus berani mengembangkan gaya hidup pribadinya sendiri. Guru
yang baik adalah yang menyadari kesenjangan antara apa yang diinginkan dengan
apa yang ada pada dirinya, kemudian menyadari kesalahan ketika memang bersalah.
Kesalahan harus diikuti dengan sikap merasa dan berusaha untuk tidak mengulanginya.
8.
Guru Sebagai Pribadi
Guru harus memiliki kepribadian yang
mencerminkan seorang pendidik. Ungkapan yang sering dikemukakan adalah bahwa
“guru bisa digugu dan ditiru”. Digugu maksudnya bahwa pesan-pesan yang
disampaikan guru bisa dipercaya untuk dilaksanakan dan pola hidupnya bisa
ditiru atau diteladani. Jika ada nilai yang bertentangan dengan nilai
yang dianutnya, maka dengan cara yang tepat disikapi sehingga tidak terjadi
benturan nilai antara guru dan masyarakat yang berakibat terganggunya proses
pendidikan bagi peserta didik. Guru perlu juga memiliki kemampuan untuk berbaur
dengan masyarakat melalui kemampuannya, antara lain melalui kegiatan olah raga,
keagamaan dan kepemudaan. Keluwesan bergaul harus dimiliki, sebab kalau tidak
pergaulannya akan menjadi kaku dan berakibat yang bersangkutan kurang bisa
diterima oleh masyarakat.
9.
Guru Sebagai Peneliti
Pembelajaran merupakan seni, yang
dalam pelaksanaannya memerlukan penyesuaian-penyesuaian dengan kondisi
lingkungan. Untuk itu diperlukan berbagai penelitian, yang didalamnya
melibatkan guru. Oleh karena itu guru adalah seorang pencari atau peneliti.
Menyadari akan kekurangannya guru berusaha mencari apa yang belum diketahui
untuk meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan tugas. Sebagai orang yang telah
mengenal metodologi tentunya ia tahu pula apa yang harus dikerjakan, yakni
penelitian.
10.
Guru Sebagai Pendorong Kreatifitas
Kreativitas merupakan hal yang
sangat penting dalam pembelajaran dan guru dituntut untuk mendemonstrasikan dan
menunjukkan proses kreatifitas tersebut. Kreatifitas merupakan sesuatu yang
bersifat universal dan merupakan cirri aspek dunia kehidupan di sekitar kita.
Kreativitas ditandai oleh adanya kegiatan menciptakan sesuatu yang sebelumnya
tidak ada dan tidak dilakukan oleh seseorang atau adanya kecenderungan untuk
menciptakan sesuatu. Akibat dari fungsi ini, guru senantiasa berusaha untuk
menemukan cara yang lebih baik dalam melayani peserta didik, sehingga peserta
didik akan menilaianya bahwa ia memang kreatif dan tidak melakukan sesuatu
secara rutin saja. Kreativitas menunjukkan bahwa apa yang akan dikerjakan oleh
guru sekarang lebih baik dari yang telah dikerjakan sebelumnya.
11.
Guru Sebagai Pembangkit Pandangan
Dunia ini panggung sandiwara, yang
penuh dengan berbagai kisah dan peristiwa, mulai dari kisah nyata sampai yang
direkayasa. Dalam hal ini, guru dituntut untuk memberikan dan memelihara
pandangan tentang keagungan kepada pesarta didiknya. Mengembangkan fungsi ini
guru harus terampil dalam berkomunikasi dengan peserta didik di segala umur,
sehingga setiap langkah dari proses pendidikan yang dikelolanya dilaksanakan
untuk menunjang fungsi ini.
12.
Guru Sebagai Pekerja Rutin
Guru bekerja dengan keterampilan dan
kebiasaan tertentu, serta kegiatan rutin yang amat diperlukan dan seringkali
memberatkan. Jika kegiatan tersebut tidak dikerjakan dengan baik, maka bisa
mengurangi atau merusak keefektifan guru pada semua peranannya.
13.
Guru Sebagai Pemindah Kemah
Hidup ini selalu berubah dan guru
adalah seorang pemindah kemah, yang suka memindah-mindahkan dan membantu
peserta didik dalam meninggalkan hal lama menuju sesuatu yang baru yang bisa
mereka alami. Guru berusaha keras untuk mengetahui masalah peserta didik,
kepercayaan dan kebiasaan yang menghalangi kemajuan serta membantu menjauhi dan
meninggalkannya untuk mendapatkan cara-cara baru yang lebih sesuai. Guru harus
memahami hal yang bermanfaat dan tidak bermanfaat bagi peserta didiknya.
14.
Guru Sebagai Pembawa Cerita
Sudah menjadi sifat manusia untuk
mengenal diri dan menanyakan keberadaannya serta bagaimana berhubungan dengan
keberadaannya itu. Tidak mungkin bagi manusia hanya muncul dalam lingkungannya
dan berhubungan dengan lingkungan, tanpa mengetahui asal usulnya. Semua itu
diperoleh melalui cerita. Guru tidak takut menjadi alat untuk menyampaikan
cerita-cerita tentang kehidupan, karena ia tahu sepenuhnya bahwa cerita itu
sangat bermanfaat bagi manusia. Cerita adalah cermin yang bagus dan merupakan
tongkat pengukur. Dengan cerita manusia bisa mengamati bagaimana memecahkan
masalah yang sama dengan yang dihadapinya, menemukan gagasan dan kehidupan yang
nampak diperlukan oleh manusia lain, yang bisa disesuaikan dengan kehidupan
mereka. Guru berusaha mencari cerita untuk membangkitkan gagasan kehidupan di
masa mendatang.
15.
Guru Sebagai Aktor
Sebagai seorang aktor, guru
melakukan penelitian tidak terbatas pada materi yang harus ditransferkan,
melainkan juga tentang kepribadian manusia sehingga mampu memahami
respon-respon pendengarnya, dan merencanakan kembali pekerjaannya sehingga
dapat dikontrol. Sebagai aktor, guru berangkat dengan jiwa pengabdian dan
inspirasi yang dalam yang akan mengarahkan kegiatannya. Tahun demi tahun sang
actor berusaha mengurangi respon bosan dan berusaha meningkatkan minat para
pendengar.
16.
Guru Sebagai Emansipator
Dengan kecerdikannya, guru mampu
memahami potensi peserta didik, menghormati setiap insane dan menyadari bahwa
kebanyakan insan merupakan “budak” stagnasi kebudayaan. Guru mengetahui bahwa
pengalaman, pengakuan dan dorongan seringkali membebaskan peserta didik dari
“self image” yang tidak menyenangkan, kebodohan dan dari perasaan tertolak dan
rendah diri. Guru telah melaksanakan peran sebagai emansipator ketika peserta
didik yang dicampakkan secara moril dan mengalami berbagai kesulitan
dibangkitkan kembali menjadi pribadi yang percaya diri.
17.
Guru Sebagai Evaluator
Evaluasi atau penilaian merupakan
aspek pembelajaran yang paling kompleks, karena melibatkan banyak latar
belakang dan hubungan, serta variable lain yang mempunyai arti apabila
berhubungan dengan konteks yang hampir tidak mungkin dapat dipisahkan dengan
setiap segi penilaian. Teknik apapun yang dipilih, dalam penilaian harus
dilakukan dengan prosedur yang jelas, yang meliputi tiga tahap, yaitu
persiapan, pelaksanaan dan tindak lanjut. Penilaian harus adil dan objektif.
18.
Guru Sebagai Pengawet
Salah satu tugas guru adalah
mewariskan kebudayaan dari generasi ke generasi berikutnya, karena hasil karya
manusia terdahulu masih banyak yang bermakna bagi kehidupan manusia sekarang
maupun di masa depan. Sarana pengawet terhadap apa yang telah dicapai manusia
terdahulu adalah kurikulum. Guru juga harus mempunyai sikap positif terhadap
apa yang akan diawetkan.
19.
Guru Sebagai Kulminator
Guru adalah orang yang mengarahkan
proses belajar secara bertahap dari awal hingga akhir (kulminasi). Dengan
rancangannya peserta didik akan melewati tahap kulminasi, suatu tahap yang
memungkinkan setiap peserta didik bisa mengetahui kemajuan belajarnya. Di sini
peran kulminator terpadu dengan peran sebagai evaluator. Guru sejatinya adalah
seorang pribadi yang harus serba bisa dan serba tahu. Serta mampu
mentransferkan kebisaan dan pengetahuan pada muridnya dengan cara yang sesuai
dengan perkembangan dan potensi anak didik.
Efektivitas dan
efisien belajar individu di sekolah sangat bergantung kepada peran guru. Dalam
pengertian pendidikan secara luas, seorang guru yang idealnya dapat berperan
sebagai:
1.
Konservator (pemelihara) sistem nilai yang
merupakan sumber norma kedewasaan;
2.
Inovator (pengembang) sistem nilai ilmu
pengetahuan;
3.
Transmitor (penerus) sistem-sistem nilai
tersebut kepada peserta didik;
4.
Transformator (penterjemah) sistem-sistem nilai
tersebut melalui penjelmaan dalam pribadinya dan perilakunya, dalam proses
interaksi dengan sasaran didik;
5.
Organisator (penyelenggara) terciptanya proses
edukatif yang dapat dipertanggungjawabkan, baik secara formal (kepada pihak
yang mengangkat dan menugaskannya) maupun secara moral (kepada sasaran didik,
serta Tuhan yang menciptakannya).
Sedangkan dalam pengertian pendidikan yang
terbatas, dengan mengutip pemikiran Gage dan Berliner, mengemukakan peran guru
dalam proses pembelajaran peserta didik, yang mencakup:
1.
Guru sebagai perencana (planner) yang
harus mempersiapkan apa yang akan dilakukan di dalam proses belajar mengajar
(pre-teaching problems).;
2.
Guru sebagai pelaksana (organizer), yang
harus dapat menciptakan situasi, memimpin, merangsang, menggerakkan, dan
mengarahkan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan rencana, di mana ia
bertindak sebagai orang sumber (resource person), konsultan kepemimpinan
yang bijaksana dalam arti demokratik & humanistik (manusiawi) selama proses
berlangsung (during teaching problems).
3.
Guru sebagai penilai (evaluator) yang
harus mengumpulkan, menganalisa, menafsirkan dan akhirnya harus memberikan
pertimbangan (judgement), atas tingkat keberhasilan proses pembelajaran,
berdasarkan kriteria yang ditetapkan, baik mengenai aspek keefektifan prosesnya
maupun kualifikasi produknya.
Selanjutnya,
dalam konteks proses belajar mengajar di Indonesia, satu peran lagi yaitu
sebagai pembimbing (teacher counsel), di mana guru dituntut untuk mampu
mengidentifikasi peserta didik yang diduga mengalami kesulitan dalam belajar,
melakukan diagnosa, prognosa, dan kalau masih dalam batas kewenangannya, harus
membantu pemecahannya (remedial teaching).
Di
lain pihak, Moh. Surya (1997) mengemukakan tentang peranan guru di sekolah,
keluarga dan masyarakat. Di sekolah, guru berperan sebagai perancang
pembelajaran, pengelola pembelajaran, penilai hasil pembelajaran peserta didik,
pengarah pembelajaran dan pembimbing peserta didik. Sedangkan dalam keluarga,
guru berperan sebagai pendidik dalam keluarga (family educator).
Sementara itu di masyarakat, guru berperan sebagai pembina masyarakat (social
developer), penemu masyarakat (social inovator), dan agen masyarakat
(social agent).
Lebih
jauh, dikemukakan pula tentang peranan guru yang berhubungan dengan aktivitas
pengajaran dan administrasi pendidikan, diri pribadi (self oriented),
dan dari sudut pandang psikologis.
Dalam
hubungannya dengan aktivitas pembelajaran dan administrasi pendidikan, guru
berperan sebagai:
1.
Pengambil inisiatif, pengarah, dan penilai
pendidikan;
2.
Wakil masyarakat di sekolah, artinya guru
berperan sebagai pembawa suara dan kepentingan masyarakat dalam pendidikan;
3.
Seorang pakar dalam bidangnya, yaitu menguasai
bahan yang harus diajarkannya;
4.
Penegak disiplin, yaitu guru harus menjaga agar
para peserta didik melaksanakan disiplin;
5.
Pelaksana administrasi pendidikan, yaitu guru
bertanggung jawab agar pendidikan dapat berlangsung dengan baik;
6.
Pemimpin generasi muda, artinya guru
bertanggung jawab untuk mengarahkan perkembangan peserta didik sebagai generasi
muda yang akan menjadi pewaris masa depan; dan
7.
Penterjemah kepada masyarakat, yaitu guru
berperan untuk menyampaikan berbagai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
kepada masyarakat.
Di pandang dari segi diri-pribadinya (self
oriented), seorang guru berperan sebagai:
1.
Pekerja sosial (social worker), yaitu
seorang yang harus memberikan pelayanan kepada masyarakat;
2.
Pelajar dan ilmuwan, yaitu seorang yang harus
senantiasa belajar secara terus menerus untuk mengembangkan penguasaan
keilmuannya;
3.
Orang tua, artinya guru adalah wakil orang tua
peserta didik bagi setiap peserta didik di sekolah;
4.
Model keteladanan, artinya guru adalah model
perilaku yang harus dicontoh oleh mpara peserta didik; dan
5.
Pemberi keselamatan bagi setiap peserta didik.
Peserta didik diharapkan akan merasa aman berada dalam didikan gurunya.
Dari sudut
pandang secara psikologis, guru berperan sebagai:
1.
Pakar psikologi pendidikan, artinya guru
merupakan seorang yang memahami psikologi pendidikan dan mampu mengamalkannya
dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik;
2.
Seniman dalam hubungan antar manusia (artist
in human relations), artinya guru adalah orang yang memiliki kemampuan
menciptakan suasana hubungan antar manusia, khususnya dengan para peserta didik
sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan;
3.
Pembentuk kelompok (group builder),
yaitu mampu mambentuk menciptakan kelompok dan aktivitasnya sebagai cara untuk
mencapai tujuan pendidikan;
4.
Catalyc agent atau inovator, yaitu guru
merupakan orang yang yang mampu menciptakan suatu pembaharuan bagi membuatsuatu
hal yang baik; dan
5.
Petugas kesehatan mental (mental hygiene
worker), artinya guru bertanggung jawab bagi terciptanya kesehatan mental
para peserta didik.
Sementara itu,
Doyle sebagaimana dikutip oleh Sudarwan Danim (2002) mengemukan dua peran utama
guru dalam pembelajaran yaitu menciptakan keteraturan (establishing order)
dan memfasilitasi proses belajar (facilitating learning). Yang dimaksud
keteraturan di sini mencakup hal-hal yang terkait langsung atau tidak langsung
dengan proses pembelajaran, seperti: tata letak tempat duduk, disiplin peserta
didik di kelas, interaksi peserta didik dengan sesamanya, interaksi peserta
didik dengan guru, jam masuk dan keluar untuk setiap sesi mata pelajaran,
pengelolaan sumber belajar, pengelolaan bahan belajar, prosedur dan sistemyang
mendukung proses pembelajaran, lingkungan belajar, dan lain-lain.
BAB III
PENUTUP
1.
Simpulan
Sejalan dengan
tantangan kehidupan global, peran dan tanggung jawab guru pada masa mendatang
akan semakin kompleks, sehingga menuntut guru untuk senantiasa melakukan
berbagai peningkatan dan penyesuaian kemampuan profesionalnya. Guru harus harus
lebih dinamis dan kreatif dalam mengembangkan proses pembelajaran peserta
didik. Guru di masa mendatang tidak lagi menjadi satu-satunya orang yang paling
well informed terhadap berbagai informasi dan pengetahuan yang sedang
tumbuh, berkembang, berinteraksi dengan manusia di jagat raya ini. Di masa
depan, guru bukan satu-satunya orang yang lebih pandai di tengah-tengah peserta
didiknya.
Jika guru tidak
memahami mekanisme dan pola penyebaran informasi yang demikian cepat, ia akan
terpuruk secara profesional. Kalau hal ini terjadi, ia akan kehilangan
kepercayaan baik dari peserta didik, orang tua maupun masyarakat. Untuk
menghadapi tantangan profesionalitas tersebut, guru perlu berfikir secara
antisipatif dan proaktif. Artinya, guru harus melakukan pembaruan ilmu dan pengetahuan
yang dimilikinya secara terus menerus. Di samping itu, guru masa depan harus
paham penelitian guna mendukung terhadap efektivitas pengajaran yang
dilaksanakannya, sehingga dengan dukungan hasil penelitiaan guru tidak terjebak
pada praktek pengajaran yang menurut asumsi mereka sudah efektif, namum
kenyataannya justru mematikan kreativitas para peserta didiknya. Begitu juga,
dengan dukungan hasil penelitian yang mutakhir memungkinkan guru untuk
melakukan pengajaran yang bervariasi dari tahun ke tahun, disesuaikan dengan
konteks perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedang berlangsung.
Begitu banyak peran yang harus
diemban oleh seorang guru. Peran yang begitu berat dipikul di pundak guru
hendaknya tidak menjadikan calon guru mundur dari tugas mulia tersebut.
Peran-peran tersebut harus menjadi tantangan dan motivasi bagi calon guru. Dia
harus menyadari bahwa di masyarakat harus ada yang menjalani peran guru. Bila
tidak, maka suatu masyarakat tidak akan terbangun dengan utuh. Penuh ketimpangan
dan akhirnya masyarakat tersebut bergerak menuju kehancuran.
DAFTAR PUSTAKA
http://icalonlyone.weebly.com/peran-guru-dalam-pembelajaran.html diakses:
14-02-2014 pukul 10.27 WIB.
http://anomsblg.wordpress.com/profesi-kependidikan/peran-guru-dalam-pembelajaran/ diakses
14-02-2014 pukul 10.27 WIB.
http://www.infodiknas.com/peranan-guru-dalam-proses-pembelajaran.html
diakses 14-02-2014 pukul 10.30 WIB.